Amelia Ayu Kinanti - detikHotinmagine
Jakarta, Pekerja IT yang mapan dalam pekerjaan dan punya gaji tinggiternyata tak menjamin kelanggengan hubungan pernikahan. Menurut surveyterbaru tingkat perceraian pada pekerja di sektor ini makin meningkat.
Selain menggiurkan dengan gaji besar, bidang pekerjaan yang sedang naikdaun ini ternyata juga punya risiko sendiri. Menurut T.K.R. Sudha, salahsatu pengacara di pengadilan tinggi Madras, India, 40 persen dari kasusperceraian yang ditanganinya merupakan pasangan pekerja IT professional dan pasangan yang bekerja di bidang BPO (Bussines Process Outsourcing) .
Demikian india times, Rabu (1/8/20007). Di Kota Chennai, India setahun terakhir ini tercatat ada 3000 kasusperceraian yang didaftarkan di pengadilan tinggi. Pengadilan Keluargayang biasanya sepi, tiba-tiba menjadi sibuk karena banyaknya kasusperceraian yang didaftarkan, sampai-sampai para pengacara merasakesulitan menangani seluruh pekerjaan mereka.
Kota Chennai dan daerahsekitarnya merupakan tempat tinggal (kurang lebih) dua ratus ribu pekerja IT dan BPO.Dr. S Nambi, mantan President of Indian Psychiatrists Association, merasa profesi ini (programmer perangkat lunak) harus membayar mahalatas tawaran dan gaya hidup yang ditawarkan oleh pekerjaannya itu.
Karena pekerjaan IT ini memeras otak dan merupakan pekerjaan yang sarat kompetisi, emosi tinggi sering melanda mereka, dan hal tersebut membawa dampak pada kehidupan keluarganya. Karena permasalahan mental ini, banyak yang mengalami masalah dalam hubungan seksual yang berakibat pada keretakan rumah tangga, ungkapnya.Sekitar umur 28, mereka menjadi hyper sensitive. Pada usia 35 merekaakan merasa lelah (secara mental) dan capek, kata Nambi, yang kliniknyadipenuhi oleh sejumlah pasangan untuk konseling. (fta/fta)
kiriman dari Evi Monika
..........................................................................
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih kepada yang sudah memberikan komentarnya dengan baik.